Selamat datang di blog Zainal Masri- semoga ada manfaatnya dan bernilai Ibadah disisi Nya serta menjadi cemety buat generasi yang akan datang.Amiin ya Rabbal 'Alamiin. Blog ini berisi tentang serba-serbi my prestasi-prestasi yang pernah diraih,, harapan: galilah potensi kita menjadi prestasi” jangan pernah berhenti melakukan aktifitas-aktifitas positif untuk mengukir prestasi ..Allah menciptakan manusia dengan sempurna, Allah memberi banyak potensi/kemampuan. Tugas kita adalah: mencari-menggali-menemukan-menmgembangkan dan meningkatkan kemampuan diri tersebut. Moment adalah peluang yang diberikan Allah kepada kita untuk maju, Allah tidak pernah memberi amanah/beban yang kita tidak mampu. Sukses/takdir baik diberikan kepada mereka yang optimis. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat di antara manusia lainnya. Yakinlah Allah tidak akan pernah meninggalkan hamba-nya. Doa adalah senjata kita yang paling Ampun. Usaha-Ikhtiar-Do,a. Kalau sabar menunggu masa, Insyaallah..��☕☕☕

Selasa, 28 November 2023

Faktor-faktor Penyebab Perilaku Seks Bebas di Kalangan Remaja yang perlu diwaspadai

 1. Imitasi Teman

Imitasi yaitu proses sosial atau tindakans eseorang untuk meniru orang lain, baik sikap penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa-apa

yang dimilikinya. Imitasi pertama kali muncul di

lungkungan keluarga, kemudian lingkungan

tetangga dan lingkungan masyarakat. Kawan- kawan sebaya (peers) adalah remaja dengan usia

atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama.

Perilaku seks bebas remaja yang terjadi  dikalangan remaja biasanya disebabkan karena meniru remaja

atau teman yang lain melakukan perilaku seks

bebas (free sex) dengan pasangannya. Bentuk

perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja ini

dikarenakan mereka melakukannya didasari atas

rasa ingin tahu dan coba-coba atau meniru

dengan apa yang dilakukan oleh teman-temannya

yang lain. Proses peniruan yang dilakukan oleh

remaja ini dikarenakan remaja masih bertanya-

tanya soal seks. Dengan demikian remaja

hendaklah dibekali ilmu tentang seks (sex

education). Inilah tugas keluarga dan sekolah

mendidik dan membina anak remaja menjadi

remaja yang taat dengan tata nilai, norma, adat-

istiadat, agama dan sebagainya.

2. Pengaruh Media Massa/Televisi

Media massa baik media koran, majalah,

televisi, dan internet yang menampilkan gambar- gambar pornografi sehingga remaja ikut terperangkap

ke hal yang negatif dalam pergaulan dengan

pasangannya.Juga ikut mempengaruhi atas perilaku

remaja saat ini khususnya remaja yang ada di Desa

Saliguma. Menurut Dwyer (Luqman,2014:84)

televisi adalah media potensial sekali, tidak saja

menyampaikan informasi, tetapi juga membentuk

perilaku seseorang, baik ke arah positif maupun

negatif, disengaja atau tidak.

Sehubungan dengan hal di atas, banyak

gaya dari para remaja dengan pengaruh media massa

atau televisi yang tidak mendidik. 

3. Disharmonis Keluarga

Disharmonis keluarga adalah kondisi

retaknya struktur peran sosial dalam suatu unit

keluarga yang disebabkan satu atau beberapa anggota

keluarga gagal menjalankan peran serta kewajiban

mereka sebagaimana mestinya. Keluarga disharmonis

tidak memiliki ikatan yang erat antara satu dengan

yang lainnya di dalam keluarga sehingga berdampak

negatif bagi kehidupannya.

Anak/remaja yang dibesarkan dalam

lingkungan sosial keluarga yang tidak

baik/disharmoni keluarga, resiko anak untuk

mengalami gangguan kepribadian menjadi

berkepribadian antisosial dan berperilaku

menyimpang lebih besar dibandingkan dengan

anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga

sehat/harmonis. Pada kasus orang tua yang

mengetahui anaknya sudah menjalin hubungan

pacaran, tetap saja orang tua tidak pernah menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan masalah

seksual, seperti sejauh mana kontak fisik antara anak

dengan pacarnya. Dengan demikian orang tua tidak

mendapat gambaran yang utuh tentang perilaku

berpacaran anaknya. Akan tetapi, tidak semua

kelurga tidak utuh akan menjadi keluarga broken

home. Demikian halnya anak-anak remaja di Desa

Saliguma yang mengalami rasa kecewa terhadap

kedua orang tuanya karena cerai akhirnya anak-anak

tidak diperhatikan akibatnya anak menyimpang dan

melampiaskan rasa kecewa tersebut dengan

meniadakan aturan dan jadi seorang yang tidak taat

terhadap norma-norma yang ada di masyarakat.

4. Ingin Tahu dan Coba-coba

Sifat manusia mengetahui dan mencoba

tentang sesuatu hal boleh saja, akan tetapi tidak

membahayakan diri sendiri atau orang lain.

Kebanyakan remaja sekarang tidak peduli terhadap

apa yang terjadi, artinya tidak mengetahui apa yang

boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan

di masa mereka. Akan tetapi mereka tidak menguasai

tugas remaja yang penting dengan lawan jenis dan

tidak mengerti memainkan peran yang tepat dengan

seksnya. Dorongan untuk melakukan hal ini datang

dari tekanan-tekanan sosial dan keinginan tentang

seks. Karena meningkatnya minat pada seks, remaja

selalu berusaha mencari lebih banyak informasi

mengenai seks.


5. Kebiasaan (Habit)

Kebiasaan (Habit) adalah dorongan untuk

melakukan sesuatu pekerjaan karena pengaruh

lingkungan. Mula-mula coba-coba, kemudian agak

sering dan akhirnya menjadi kebiasaan. Jika habit itu

adalah yang bermanfaat bagi diri sendiri dan

masyarakat, sebaiknya hal itu terus dikembangkan.

Misalnya kebiasaan berpakain rapi, kebaiasaan

bersembahyang, bangun pagi, dan sebagainya. Akan

tetapi habit seperti seks bebas (free sex) hal itu perlu

dibasmi. Habit dapat juga menjadi motif atau

kebutuhan, sehingga orang yang mempunyai habit

tertentu akan berusaha memenuhi kebutuhannya

semaksimal mungkin. Bagi anak-anak habit yang

baik harus dikembangkan sedini mungkin. Jika ia

terlanjur dewasa baru akan menanamkan habit yang

baik, hal itu tentu mengalami kesulitan, karena

mungkin pada diri orang tersebut telah tumbuh dan

berkembang pula habit ataupun sikap-sikap tertentu

(Sofyan, 2008:53)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar