Perbuatan maksiat memiliki dampak yang buruk pada diri orang yang melakukannya. Dosa juga membahayakan hati dan fisik. Imam Ibnu Qayyim memberi penjelasan mengenai berbagai dampak dari perbuatan maksiat.
1. Hilangnya ilmu
Ketika Imam asy-Syafi‘i duduk sambil membacakan sesuatu di hadapan Imam Malik, kecerdasan dan kesempurnaan pemahamannya membuat syaikh ini tercengang. Beliau pun berujar, "Sesungguhnya aku memandang Allah telah memasukkan cahaya ke dalam hatimu, maka janganlah kamu memadamkan cahaya tersebut dengan kegelapan maksiat".
Imam asy-Syafi'i berkata dalam syairnya,
شكوت إلى وكيع سوء حفظي ، فأرشدني إلى ترك المعا صي وقال اعلم بأن العلم فضل ، وفضل الله لا يؤتاه عاص
"Aku mengadu kepada Waki' tentang buruknya hafalanku. Dia menasehatiku agar aku tinggalkan kemaksiatan. Dia pun berkata: 'Ketahuilah, sesungguhnya ilmu itu karunia. Dan karunia Allah tidak akan diberikan pada orang bermaksiat," Diwan asy-syafii, al-Fawa-idul Bahiyyah dan Syarh Tsulatsiyyatil Musnad.
Ibnu Qayyim menjelaskan, ilmu pengetahuan adalah cahaya yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap hati Muslim. Maka, perbuatan maksiat yang melanggar perintah Allah SWT akan memadamkan cahaya itu
2. Ditimpa kesulitan hidup
Seorang pendosa maka akan ditimpa berbagai urusan yang membuatnya merasa sulit dalam mengarungi kehidupan. Dia merasa dosa-dosa yang telah dilakukannya bukanlah faktor yang mempersulit, karena dia cenderung merasa bahwa perkara itu memang sulit diatasi
Dengan demikian, betapa hebatnya dosa menjadi virus yang membahayakan bagi kehidupan manusia dan bahkan menjadi sumber malapetaka bagi kehidupan manusia. Dalam hal ini Allah memberi peringatan “ sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa pastilah Kami melimpahkan kepada mereka keberkatan-keberkatan dari langit dan bumi akan tetapi mereka mendustakan (menolak kedatangan Rasul, berbuat maksiat dan dosa) maka Kami siksa mereka disebabkan apa yang mereka lakukan”. (QS 7:96)
Ayat diatas menjelaskan kalaulah manusia melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, melimpahlah keberkahan-keberkahan yakni berbagai macam kebajikan yang sangat banyak dari langit dan bumi artinya langit menurunkan hujan. Bumi menjadi subur menghasilkan tanam-tanaman yang melimpah ruah, masyarakat menjadi makmur, hidup sejahtera menikmati hasil tanaman mereka yang beraneka ragam, tetapi jika penuh dengan bergelimang dosa dan angkara murka maka muncullah berbagai musibah dan bencana alam, langit enggan menurunkan hujan, bumi kering kerontang tidak ada yang dapat ditanam, manusia kekurangan pangan dan kekurangan air minum. Atau sebaliknya jika langit mau menurunkan hujan, maka hujan yang diturunkan berlebihan sehingga terjadi banjir dimana-mana, kehidupan manusia menjadi sengsara dan penuh penderitaan.
4. Kegelapan hati
Setiap hari tidak bosan-bosannya kita melakukan maksiat. Aurat terus diumbar, tanpa pernah sadar untuk mengenakan jilbab dan menutup aurat yang sempurna. Shalat 5 waktu yang sudah diketahui wajibnya seringkali ditinggalkan tanpa pernah ada rasa bersalah. Padahal meninggalkannya termasuk dosa besar yang lebih besar dari dosa zina. Saudara muslim jadi incaran untuk dijadikan bahan gunjingan (alias “ghibah”). Padahal sebagaimana daging saudaranya haram dimakan, begitu pula dengan kehormatannya, haram untuk dijelek-jelekkan di saat ia tidak mengetahuinya. Gambar porno jadi bahan tontonan setiap kali browsing di dunia maya. Tidak hanya itu, yang lebih parah, kita selalu jadi budak dunia, sehingga ramalan primbon tidak bisa dilepas, ngalap berkah di kubur-kubur wali atau habib jadi rutinitas, dan jimat pun sebagai penglaris dan pemikat untuk mudah dapatkan dunia. Hati ini pun tak pernah kunjung sadar. Tidak bosan-bosannya maksiat terus diterjang, detik demi detik, di saat pergantian malam dan siang. Padahal pengaruh maksiat pada hati sungguh amat luar biasa. Bahkan bisa memadamkan cahaya hati. Inilah yang perlu di waspadai.
firman Allah Ta’ala,
كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS. Al Muthoffifin: 14)
Makna ayat di atas diterangkan dalam hadits berikut.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) »
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’.”[1]
Al Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah dosa di atas tumpukan dosa sehingga bisa membuat hati itu gelap dan lama kelamaan pun mati.” Demikian pula yang dikatakan oleh Mujahid, Qotadah, Ibnu Zaid dan selainnya.[2]
Mujahid rahimahullah mengatakan, “Hati itu seperti telapak tangan. Awalnya ia dalam keadaan terbuka dan jika berbuat dosa, maka telapak tangan tersebut akan tergenggam. Jika berbuat dosa, maka jari-jemari perlahan-lahan akan menutup telapak tangan tersebut. Jika ia berbuat dosa lagi, maka jari lainnya akan menutup telapak tangan tadi. Akhirnya seluruh telapak tangan tadi tertutupi oleh jari-jemari
Jadi
Orang yang suka berbuat maksiat maka dia akan menemukan kegelapan di dalam hatinya dan ini menjadi kenyataan dalam hidupnya. Hati dan tubuhnya melemah untuk berbuat baik dan cenderung menuruti perbuatan maksiat.
5. Memperpendek umur
Di antara dampak maksiat adalah umur menjadi pendek dan keberkahan menghilang. Jika kebaikan memperpanjang umur, kemaksiatan memperpendek umur. Ada beragam pandangan mengenai hal ini.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam al-Da’ wa al-Dawa’ megungkapkan, sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan berkurangnya umur pelaku maksiat adalah hilangnya keberkahan umurnya, karena hal tersebut salah satu dampak dari maksiat.
Sebagian lain berpendapat bahwa umur memang benar-benar berkurang seperti berkurangnya rezeki di mana Allah menjadikan banyak sekali sebab keberkahan rezeki, demikian pula dalam umur manusia. Menurut mereka, bertambahnya umur bisa terjadi karena sebab-sebab tertentu, sebagaimana ia juga bisa berkurang karena sebab-sebab tertentu. Rezeki, ajal, nasib, kesehatan dan kondisi ekonomi ditetapkan oleh Allah dengan sebab-sebab yang telah digariskan.
Sebagian ulama yang berpendapat bahwa maksiat menyebabkan berkurangnya umur karena hakikat kehidupan adalah kehidupan kalbu. Karena itu, Allah menempatkan orang kafir sebagai orang yang mati, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya QS al-Nahl; 21, “Mereka mati, tidak hidup.”
Kehidupan sebenarnya adalah hidupnya kalbu, umur sejati manusia dilihat dari panjangnya kehidupan kalbu. Umur manusia tidak lain adalah saat-saat kehiudpannya bersama Allah. Itulah hitungan umurnya. Kebaikan, ketakwaan, dan ketaatan menambah masa hidup kalbunya yang merupakan hakikat umurnya. Tidak ada umur lain selain masa hidupnya kalbu.
Jadi ketika hamba berpaling dari Allah dan sibuk dengan maksiat, hari-hari kehidupan hakikinya hilang begitu saja sehingga ketika ia dibangkitkan pada hari kiamat dan menyaksikan akibat sikapnya tersebut, dalam QS. Al-Fajr; 24 disebutkan ia akan menyesal dan berkata, “Oh, andai saja aku mempersembahkan sesuatu untuk kehidupanku.”
Manusia ada yang memahami kemaslahatan dunia dan akhiratnya, ada pula yang tidak. Jika tidak, seluruh usianya hilang begitu saja dan hidupnya berlalu dengan sia-sia. Jika ia tahu, jalannya menjadi panjang karena berbagai rintangan datang dan karena sebab-sebab kebaikan menjadi sulit sesuai dengan tingkat kemaksiatannya. Itulah yang sbenarnya dimaksud dengan pendeknya umur.
Jadi, usia manusia adalah durasi kehidupannya, sementara kehidupan itu sendiri hanya terwujud ketika ia menghampiri Tuhannya mencintai dan mengingat-Nya, serta mengutamakan ridha-Nya.
9. Derajatnya jatuh di mata Allah SWT
Orang yang melakukan maksiat maka akan berada pada posisi yang rendah di mata Allah SWT. Derajatnya pun akan jatuh di sisi-Nya
Maksiat Menjadikan pelakunya berada di golongan rendah. Padahal, sebelum melakukan maksiat, seseorang disiapkan untuk golongan yang tinggi.
Allah menciptakan manusia menjadi dua golongan. Golongan aula (atas) dan golongan sufla (bawah).
11. Menyebabkan bencana gempa
Perbuatan dosa yang dilakukan akan menimbulkan sikap berlebih-lebihan pada diri manusia dan bisa memicu terjadinya bencana gempa bumi
12. Membutakan hati
Dosa menyebabkan rasa cemburu dalam hati, rasa malu, mengaburkan cahaya hati dan membutakan hati.
13. Menghancurkan sendi-sendi bernegara
Dosa juga berdampak pada perbuatan korupsi yang bisa merusak tatanan masyarakat dan negara. Dosa juga dapat mewariskan kehancuran pada suatu negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar