(18-12-2018)
"GURU
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ADALAH SURI TAULADAN UMAT"
Disusun
Oleh : Zainal Masri- PAMTS07
hadirin yang berbahagia..
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, bahwa ajaran Islam mengajarkan kepada kita agar didalam hidup ini selalu bertindak benar, memelihara prinsip-prinsip luhur, suri keteladanan yang mulia guna untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan hidup. Akan tetapi dalam perjalanan hidup ini, seiring dengan perkembangan zaman, yang didukung oleh kemajuan teknologi dan komunikasi. Kita umat Islam, telah dihadapkan kepada berbagai tantangan dan masalah. Salah satu masalah yang besar yang dihadapi oleh umat islam hari ini adalah masalah wibawa Seorang Guru. Ada guru yang tega memukul anaknya muridnya sendiri. Ada guru yang mencabuli anak didiknya, ada guru yang melakukan bunuh diri dan membunuh anaknya sendiri.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, bahwa ajaran Islam mengajarkan kepada kita agar didalam hidup ini selalu bertindak benar, memelihara prinsip-prinsip luhur, suri keteladanan yang mulia guna untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan hidup. Akan tetapi dalam perjalanan hidup ini, seiring dengan perkembangan zaman, yang didukung oleh kemajuan teknologi dan komunikasi. Kita umat Islam, telah dihadapkan kepada berbagai tantangan dan masalah. Salah satu masalah yang besar yang dihadapi oleh umat islam hari ini adalah masalah wibawa Seorang Guru. Ada guru yang tega memukul anaknya muridnya sendiri. Ada guru yang mencabuli anak didiknya, ada guru yang melakukan bunuh diri dan membunuh anaknya sendiri.
Jadi berdasarkan peristiwa-pristiwa ini Nampaknya guru di satu sisi, tidak bisa lagi
di gugu dan ditiru. Tapi dilain sisi murid ataupun umat tidak mengerti perasaan
guru. Kenapa masalah wibawa ini bisa rusak. Karena tidak
adanya keteladanan.
Salah satu contoh yang bisa kita angkat ke
permukaan minsalnya dari kisah nyata salah seorang guru besar pakar fisika yaitu
Prof Dr. Paul Ehrenfes. Dalam kapita selekta pendidikan jilid yang pertama yang
dikarang oleh M. Natsir. Terjadi di negeri belanda. Paul ehrenfes ini salah
seorang guru fisika. Namanya mashur, kaya raya, dan dikenal dimana-mana. Dan dia dikenal sebagai
orang yang bergaul baik dengan masyarakat sekitarnya. Namun suatu waktu terjadi
suatu peristiwa yang sangat menggemparkan. Sang prof. Guru besar pakar fisika
ini membunuh dirinya sendiri dengan pistol. Dan lebih gempar lagi sebelum itu
ia telah membunuh anak kandungnya juga dengan pistol. Semua orang kaget kenapa
itu bisa terjadi. Seorang guru. Intelegtual, tapi kenapa dia sampai membunuh
diri dan lebih dahsyat membunuh anaknya sendiri.
Akhirnya pertanyaan itu terjawab dengan sebuah
surat yang ditemukan oleh kerabat dekatnya yaitu Prof. Khocmad. Didalam surat
itu beliau menyatakan kekecewaan hidupnya.
“saya memang seorang guru, telah mendapatkan ilmu yang banyak, kekayaan
yang banyak. Tapi saya merasakan hidup ini hampa. Lebih hampa lagi waktu saya
kecewa menemui anak saya yang akan saya harapkan mewarisi ilmu dan kekayaan
saya ternyata otaknya tidak normal. Kalau otaknya tidak normal untuk apa dia
hidup. Karena binggung itulah akhirnya saya tekat bunuh diri dan bunuh anak
saya. Demikian pengakuannya terus terang kepada sahabatnya prof. Kochmad
Kenapa hal ini bisa terjadi ini
di jawab oleh pak natsir. Karena orang ini sudah melupakan Allah. Dia bukan
orang atheis, dia orang beragama tapi agama hanya sebagai simbol. Dia hanya
bisa memberi contoh tapi tidak bisa dijadikan contoh. Kenapa ?? karena
pendidikan yang diterimanya selama ini adalah pendidikan sekuler yang jauh dari
nilai-nilai tauhid. Karena dengan tauhidlah manusia akan menjalin hubungan baik
dengan Allah. Kalau manusia tidak bertauhid maka akan terputuslah hubungan
manusia dengan Allah.[1]
Inilah yang di ingatkan Allah dalam surat
alhasir : 59
Jangan
kamu menjadi orang yang lupa kepada Allah, lupa kepada Allah bukan lupa
dikepalanya tapi di hatinya. Tidak mau tau dengan Tuhan Allah “fa annsahum
ammfusahum” maka akhirnya mereka lupa diri. Waula ika humul faasikuun “ orang
yang lupa diri akhirnya melakukan perbuatan-perbuatan yang melampaui batas
itulah orang-orang yang fasik.
Demikian kaumuslimin , kalau guru jauh dari nilai-nilai Agama Islam. Namun kita masih
bersyukur kepada Allah masih ada guru yang bisa dijadikan contoh oleh umat
karena kebaikannya. Guru itu tak lain dan tak bukan adalah guru pai. karena dia
adalah orang yang mengerti dengan agama. Tinggal Lagi Bagi Kita Untuk Dapat
Mensyukurinya Dengan Mencontoh Akhlak Rasulullah SAW. (Alahzab : 21)
Demikianlah yang dapat kita sampaikan, kesimpulannya adalah :
1.
Guru agama
islam adalah sosok yang digugu dan ditiru, bukan saja oleh peserta didik tetapi
juga oleh umat karena ia adalah orang yang mengerti dengan agama Untuk itu marilah kita menjadi guru agama yang
berahklak dengan berusaha menauladani Rasulullah SAW.
Fa’tabiru
ya ulil abshar la’allakum turhamuun.